Mengenal Talaqqi Dalam Metode Baca Quran
Assalamualaikum sahabat kabar Islami semoga selalu dalam keadaan sehat wal afiat, amiin. Sekarang admin akan menyampaikan sedikit tentang metode baca Quran dengan Talaqqi.
Talaqqi ataupun Musyafahah merupakan metode belajar al-Qur’an
yang mensyaratkan perjumpaan secara langsung antara murid dengan guru. Talaqqi juga
mensyaratkan gerak mulut murid harus mengikuti gerak mulut yang dicontohkan
guru. Karenanya talaqqi juga
disebut dengan talaqqi
syafahi atau musyafahah yang secara bahasa dapat diartikan
“adu lambe” atau saling mengikuti gerakan bibir.
Salah satu landasan
epistemologi talaqqi syafahi atau musyafahah adalah
QS. Al-Qiyamah ayat 16:
“(Sekali-kali) jangan kau (Muhammad) gerakkan
lidahmu karena hendak cepat-cepat menguasainya”.
Wahbah al Zuhaili dalam
Kitabnya “al Wajiz” menjelaskan bahwa ayat ini mengajarkan pada Nabi tentang
cara mengikuti wahyu di dalam membaca al-Qur’an atau teguran Allah kepada Nabi
untuk tidak membaca al-Qur’an sebelum Jibril selesai membacakannya terlebih
dahulu hingga selesai.
Ayat tersebut secara langsung
juga turut menegaskan keistimewaan tradisi periwayatan (transmition method) yang hanya dimiliki Islam sebagai
salah satu pendekatan memperoleh pengetahuan khususnya di dalam proses
mempelajari al-Qur’an. Karenanya cukup beralasan ketika Khalid Abdurrahman
al-‘Akk dalam “Ushul al Tafsir
wa Qawa’iduhu” mendefinisikan al-Qur’an sebagai wahyu yang
diturunkan kepada Rasul SAW dan diriwayatkan secara mutawatir.
Narasi نقل عنه منقولا متواترا
menunjukkan bahwa SOP pembelajaran al-Qur’an sudah terpola melalui wahyu.
Karenanya, apapun dialek atau logat yang berkembang di masyarakat harus
mengikuti dialek bacaan al-Qur’an.
Femomena dialek sebagian kecil masyarakat
misalnya, masyarakat Banyumasan yang sulit melafadzkan huruf ع menjadi ‘nga’,
orang semarangan yang terbiasa melafadzkan ز menjadi ‘ya’ (zainuddin menjadi
yainuddin) bahkan orang Mesir sendiri membaca huruf ج dengan ‘ga’. So, di Mesir
tidak akan ditemukan masjid karena yang ada “masgid” .
Namun ragam dialek ini meski
menjadi habit mapan di masyarakat, tidak berarti dimaafkan atau dimaklumi di
dalam membaca al-Qur’an.
Dalam taraf komunikasi, boleh jadi ragam dialek ini
menjadi seni peradaban namun menjadi tidak beradab jika dijadikan alibi untuk
tidak belajar membaca al-Qur’an secara maksimal. Fakta membuktikan, seiring
usaha seseorang bertalaqqi syafahi di dalam membaca al-Qur’an dengan baik dan
benar, Insya Allah pasti berhasil dan ragam dialek di atas tetap lestari pada
tempat lain yang elok.
Post a Comment for "Mengenal Talaqqi Dalam Metode Baca Quran"